FAKULTAS TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTR - SISTEM PRODUKSI II
Mata Kuliah Sistem Produksi ini, adalah mata kuliah lanjutan dari mata kuliah Penelitian Operasi I & II. Ada baiknya sebelum mempelajari Sistem Produksi, harus mempelajari terlebih dahulu Penelitian Operasi I & II.
Saya akan membagikan resume materi sistem produksi modern ,
Saya akan membagikan resume materi sistem produksi modern ,
HUBUNGAN
JIT, ERP dan TOC
Pendahuluan
- Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus
menerus (continous inmprovement), yang dimulai dari sederet siklus sejak
adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses
produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi
sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu kita
dapat mengembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki
produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. Pengembangan suatu
industri manufacturing memerlukan perbaikan reformasi bisnis modern
yang mencakup keseluruhan sistem industri dari kedatangan material sampai
distribusi kepada konsumen dan desain ulang produk untuk masa mendatang.
Sistem
manajemen industri tradisional memperlakukan departemen pemasaran sebagai
departemen yang bertugas sekedar menjual produk dan mengelola administrasi
penjualan. Kondisi ini diperparah lagi dengan departemen Production
Planning and Inventory Control (PPIC) yang berfungsi sekedar untuk
menyetujui dan mengeluarkan pesanan produksi, tanpa berpesan penting dalam
peningkatan efisiensi, kualitas, daya saing dan lain-lainya, sehingga tampak
adanya kesenjangan komunikasi yang bertanggung jawab memberikan informasi yang
berkaitan dengan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu perusahaan menerapkan
strategi sistem perencanaan dan pengendalian manufacturing untuk
menghindari masalah yang mungkin terjadi pada proses manufaktur nanti.
Strategi-strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan continous
improvement antara lain MRP, MRP II, ERP, Just In Time maupun TOC.
JUST
IN TIME (JIT) - Merupakan falsafah pemecahan masalah yang berkelanjutan
dan memang harus dihadapi yang dapat menyebabkan sesuatu terbuang
percuma. Karena banyak manfaat dari JIT maka konsep ini sangat penting
untuk dipelajari.
JIT
adalah suatu filosofi yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam
sistem produksi Toyota Motor Company di Jepang yang menekankan pemborosan dan
segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya
pada tempat dan waktu yang tepat. Filosofi meliputi suatu penekanan atas
pengurangan biaya setup, small lotsizes, sistem tarik, level produksi, dan
penghapusan waste. JIT adalah suatu filosofi manajemen yang bekerja keras untuk
menghapuskan barang sisa pabrikasi dengan melakukan produksi pada tempat dan
waktu yang tepat. Barang sisa diakibatkan oleh manapun aktivitas yang
menambahkan biaya tanpa menambahkan nilai, seperti perpindahan dan menyimpan.
Sistem JIT ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja
lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk dapat
diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Terdapat tiga prinsip utama just in time
dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting
daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan
tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan mengulang.
Roger G. Schroeder,
mendefinisikan tujuan sistem just in time adalah memperbaiki laba dan hasil
investasi melalui pengurangan biaya, penurunan sediaan, dan perbaikan mutu.
Sarana untuk mencapai tujuan ini adalah menghilangkan pemborosan dan melibatkan
para pekerja di dalam proses produksi. Yang dilakukan dalam JIT adalah pengurangan
kesia-siaan dan pengurangan variabilitas.
1. Pengurangan
Kesia-siaan
Kesia-siaan dalam
proses produksi barang maupun jasa adalah pemberian penjelasan mengenai sesuatu
yang tidak menambah nilai produk, baik yang disimpan, diperiksa, terlambah diproduksi,
mengantre maupun yang rusak. Lebih jauh lagi, setiap kegiatan yang menurut
konsumen tidak menambah nilai produk merupakan suatu kesia-siaan. JIT
mempercepat proses produksi sehingga memungkinkan penghantaran produk kepada
konsumen lebih cepat dan persediaan dalam prosespun menurun jumlahnya, sehingga
memungkinkan pemanfaatan yang lebih produktif pada asset yang sebelumnya
disimpan dalam persediaan.
2. Pengurangan
Variabilitas
Menurut konsep JIT,
untuk menjalankan pergerakan bahan baku maka manajer mengurangi variabilitas
yang disebabkan factor internal maupun eksternal.Variabilitas adalah setiap
penyimpangan dari proses optimal yang mengantarkan produk sempurna tepat waktu
setiap saat.Semakin kecil variabilitas semakin kecil pula kesia-siaan yang terjadi.
Kebanyakan, terjadinya variabilitas timbul karena perusahaan mentolerir
kesia-siaan, atau karena manajemen yang jelek, yang diantaranya dapat dirinci
sebagai berikut:
Karyawan, fasilitas dan
pemasok memproduksi unit-unit produk yang tidak sesuai dengan standar,
terlambat atau jumlah tidak sesuai.
Engineering drawing
atau spesifikasi tidak akurat.
Bagian produksi mencoba
memproduksi sebelum spesifikasi lengkap.
Permintaan konsumen
tidak diketahui.
Walaupun ada beberapa
penyebab variabilitas, seringkali variabilitas tidak terlihat karena persediaan
menyembunyikan masalah. Oleh karena itu konsep JIT diperlukan.
Oleh karena itu konsep yang mendasari JIT adalah system “tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Banyak perusahaan masih menggerakkan bahan baku melalui fasilitas dengan cara “dorong” yaitu pesanan ditumpuk di departemen pemrosesan agar dapat dikerjakan pada setiap ada kesempatan. Jadi bahan baku didorong ke stasiun kerja hulu tanpa memandang persediaan sumber daya. Sistem tarik dan dorong merupakan antitesis dari konsep JIT.
Oleh karena itu konsep yang mendasari JIT adalah system “tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Banyak perusahaan masih menggerakkan bahan baku melalui fasilitas dengan cara “dorong” yaitu pesanan ditumpuk di departemen pemrosesan agar dapat dikerjakan pada setiap ada kesempatan. Jadi bahan baku didorong ke stasiun kerja hulu tanpa memandang persediaan sumber daya. Sistem tarik dan dorong merupakan antitesis dari konsep JIT.
FAKTOR KUNCI SUKSES
DALAM JUST IN TIME
Dengan memperhatikan
ilustrasi berupa penjelasan konsep JIT menunjang tercapainya Keunggulan
kompetitif maka dapat disimpulkan bahwa ada tujuh factor kesuksesan JIT yaitu:
1. Suppliers
Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah: Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan,
Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan, Kemitraan JIT mengeliminir (Kegiatan
yang tidak penting, Persediaan dalam perjalanan, Pemasok yang jelek)
2. Layout
2. Layout
Tata letak memungkinkan
pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan
baku maupun manusia menjadi fleksibel. JIT mempersyaratkan: a. Sel kerja untuk
product family. b. Pergerakan atau perubahan mesin. c. Jarak yang pendek. d.
Tempat yang kecil untuk persediaan. e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory
Persediaan dalam system
produksi dan distribusi sering dadakan untuk berjaga-jaga. Tehnik
persediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan
Just In Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan
operasi system yang sempurna yaitu jumlah yang tepat tiba pada saat yang
diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
4. Schedulling
Jadwal yang efektif
dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akan sangat
mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih baik juga meningkatkan
kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen., menurunkan persediaan dan
mengurangi barang dalam proses. JIT mensyaratkan: a. Mengkomunikasikan
penjadwakan kepada supplier. b. Jadwal bertingkat. c. Menekankan bagian dari
skedul paling dekat dengan jatuh tempo. d. lot kecil. e. Tehnik Kanban.
5. Preventive
Maintenance
Pemeliharaan dilakukan
dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang diinginkan supaya tidak terjadi atau
tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada fasilitas
yang digunaka, maupun pelatihan karyawan secara terus-menerus agar dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
ERP (Enterprise
Resource Planning) System - merupakan software yang mengintegrasikan semua
departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu sistem komputer yang dapat
melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD,
produksi atau keuangan. Meski kebutuhannya berbeda, ERP harus mampu
memenuhinya. Satu syarat yang tidak boleh ditawar-tawar lagi adalah
terintegrasi, yang menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam
satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi
dan berkomunikasi. Selain itu ERP merupakan sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun
jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang
berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di
perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari (MRP II) dimana MRP II sendiri
adalah hasil evolusi dari Material
Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya.
Sistem ERP secara modular biasanya mengangani proses manufaktur, logistik,
distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting
perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol
aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan,
manajemen kualitas dan sumber daya manusia. ERP sering disebut
sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan
publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini.
Keuntungan
dari ERP adalah untuk integrasi data keuangan, standarisasi proses operasi dan
standarisasi data dan informasi. Keuntungan lain yang bisa diukur dengan
menggunakan ERP adalah penurunan inventori, penurunan tenaga kerja secara
total, peningkatan service level, peningkatan kontrol keuangan, penurunan waktu
yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi. Software ERP yang saat ini
beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source antara
lain SAP, JDE, BAAN,MFGPro, Protean dan Compiere.
Teori
pembatas (Teory of Constraint/TOC) - Filosofi manajemen yang dikembangkan
oleh Dr. Eliyahu M. Goldratt seorang ahli psikis Israel. TOC Berbasis pada
pernyatan bahwa ada pembatas atau kelemahan atau area kritis yang akan
menghambat pergerakan maju suatu proses.Jika kinerja/performasi untuk
ditingkatkan, suatu organisasi harus mengidentifikasi pembatasnya,
mengeksploitasi pembatasnya di dalam langkah pendek dan di dalam waktu yang
lebih lama, mencari jalan untuk mengatasi pembatas-pembatas (sumber daya yang
dibatasi). Hal ini dituangkan Goldratt pada buku karangannya ”The Goal”
Ada 5 langkah untuk
menjalankan TOC
1.
Identifikasi constraint
2.
putuskan bagaimana mengeksploitasi
constraint
3.
Jabarkan dan sinkronisasikan semua hal
untuk membuat keputusan
4.
Tingkatkan kinerja constraint
5.
Jika dari langkah 1 sampai 4 ada yang
berubah, ulangi kembali dari langkah 1
Ke 5 langkah tersebut
biasanya disebut ‘5 step of TOC’ dan merupakan prinsip dasar dalam mengembangkan
solusi TOC secara generik, yang mencakup pengelolaan proses, inventori, rantai
supply, pengembangan produk.
Teori pembatasnya
terdiri dari :
Mengidentifikasi sistem
pembatas è tidak
ada peningkatan yang mungkin kecuali kalau pembatas atau hubungan yang sangat
lemah ditemukan.
Memutuskan bagaimana
cara mengeksploitasi sistem pembatasè membuat
pembatas seefektif mungkin.
Tetap memperhatikan
bagian-bagian lain yang mempengaruhi pembatas è tetap
memperhatikan bagian lain dari sistem yang mendukung pembatas, sekalipun ini
mengurangi efisiensi sumber daya yang bukan merupakan pembatas.
Menaikkan sistem
pembatas è pengembangan
kapasitas pembatas untuk mendapatkan level performansi yang lebih tinggi. Jika suatu pembatas
sudah terselesaikan maka lanjutjan kembali ke cara pertama yaitu
mengidentifikasi pembatas-pembatas lain guna proses peningkatan berkelanjutan.
Tujuan dari TOC :
1.
Meningkatkan throughput.
2.
Menekan inventori
3.
Mempertahankan atau menghilangkan biaya
operasi.
4.
Hubungan antara MRP, MRP II, ERP, JIT
dan TOC
Hubungan antara ERP,
JIT, maupun TOC
Ketiganya merupakan
suatu metodologi fabrikasi / filosofi manajemen pengontrolan sistem manufaktur
yang diterapkan pada sebuah perusahaan dengan tujuan utamanya adalah
menyelesaikan permasalahan manufaktur yang terjadi pada suatu perusahaan guna
melakukan continous improvement. Tetapi perbedaan dari kelima filosofi
tersebut adalah pada cara menyelesaikan masalah. Ada yang dengan cara
mengurangi pemborosan (waste elimination) baik dalam material/barang, biaya, maupun
waktu yang berkaitan dengan proses manufaktur, ada yang mengidentifikasi
pembatas-pembatas yang menghalangi kemajuan suatu proses, dan ada yang mengatur
sistem perencanaan produksi baik menggunakan cara konvensional maupun modern.
No comments:
Post a Comment