Catatan Kuliah Teknik Industri, Operation Research, Sistem Produksi dll. Materi Kuliah Teknik dan Manajemen Industri : October 2016

Friday 28 October 2016

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS (PTLF)

 Fakultas Teknik dan Manajemen Industri PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS (PTLF)



MERANCANG PROSES


Dalam membuat setiap produk, pemberian jasa, atau pelaksanaan setiap kegiatan mandiri, orang yang mengerjakannya mengikuti satu urutan langkah tertentu yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang telah ditentukan untuk membuat produk atau jasa secara lebih efektif , atau lebih seragam biasanya disebut operasi. Satu urutan operasi dan kegiatan yang berkaitan disebut proses. Dan pekerjaan yang melibatkan penganalisaan produk atau jasa, dan penentuan operasi  serta peralatan/mesin yang dibutuhkan disebut rancangan proses. Pada bagian ini akan mengemukakan faktor-faktor, aturan dan teknik-teknik yang tercakup  dalam perancangan proses (termasuk pemilihan peralatan) sehingga operasi, peralatan, pegawai, dan bahan dapat disusun menurut hubungan satu sama lain yang tepat. Susunan hal-hal tersebut merupakan tata letak pabrik atau rancangan fasilitas.

3.1  Prosedur merancang produksi
Kenyataannya proses merancang produksi mencakup sejumlah kegiatan yang melibatkan sejumlah orang atau departemen. Bagian perancangan proses di dalam prosedur perancangan produksi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Analisis produk atau jasa.
2.      Penentuan operasi apa yang diperlukan untuk memproduksi atau melaksanakannya.
3.      Bagaimana semua itu dilaksanakan.
4.      Mesin, peralatan, perkakas, dan fasilitas apa yang diperlukan.
5.      Patokan baku apa yang akan mengatur pelaksanaannya.

Fungsi perancangan proses biasanya menghasilkan :
1.      Sketsa operasi
2.      Pengurutan atau spesifikasi
3.      Gambar tata letak perkakas
4.      Lembaran operasi
5.      Lembaran instruksi rincian operasi
6.      Gambar awal tata letak tempat kerja
7.      Sketsa awal tata letak

Fungsi perancangan proses mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.      Perencanaan pra-produksi
2.      Pengkajian kelayakan proses
3.      Pengkajian kemampuan proses
4.      Pengkajian kapasitas proses
5.      Pengembangan peralatan dan proses
6.      Rancangan proses
7.      Pengembangan dan rancangan peralatan dan perkakas
8.      Evaluasi operasi produksi
9.      Perencanaan operasi pengerjaan ulang atau operasi tambahan
10.  Perkiraan ongkos produksi
11.  Analisis kapasitas pengilangan
12.  Persiapan bagi perubahan produk, model, dan rancangan
13.  Kemasan serta metoda dan proses pengepakan
14.  Perencanaan jangka panjang sehubungan dengan peralatan
15.  Prosedur perencanaan
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan jika seseorang akan merancang proses yang efisien


Saturday 15 October 2016

1.3.1 SIKLUS PROYEK


 Materi Lanjutan dan merupakan  dari BAB I Manajemen Proyek buku Ir. Ibrar MT

1.3.1         Fakultas Teknik dan Manajemen Industri - 1.3.1 SIKLUS PROYEK

Dari beberapa jenis proyek tersebut, tahapan kegiatan pada siklus proyeknya dapat berbeda karena pola penanganan dan pengelolaannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan urutan langkah – langkah sejak prose awal hingga proses berakhirnya proyek. Untuk lebih memahami tahapan kegiatan dalam siklus proyek, di bawah ini dijelaskan siklus proyek konstruksi, manufaktur dan proyek infrastruktur berdasarkan durasi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.
Download file docs : 1.3.1 Siklus Proyek 
Siklus Proyek Konstruksi
1.      Tahap Konseptual Gagasan : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya dan jadwal proyek.
2.      Tahap Studi Kelayakan : Studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan dilaksanakan. Informasi dan data dalam implementasi perencanaan proyek lebih lengkap dari langkah diatas, sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan aspek sosial, budaya, ekonomi, finansial, legal, teknis dan administrative yang komprehensif.
3.      Tahap Detail Desain : Tahapan ini terdiri dari atas kegiatan, pendalaman berbagai aspek persoalan, design Engineering dan pengembangan, pembuatan jadwal induk dan anggaran serta menentukan perencanaan sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkat dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.
4.      Tahap Pengadaan : Tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, produk tahapan detail desain. Dari proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
5.      Tahap Implementasi : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, design engineering yang rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, startup, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih cermat serta terperinci dari proses sebelumnya. Pada tahap ini kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akihr sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran pemilik proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai konsultan pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan serta melakukan tindakan koreksi yang diperlukan.
6.      Tahap Operasi dan Pemeliharaan : Tahapan ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat digunakanuntuk kepentingan social dan ekonomi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan nilainya senderung menurun dan pada tahap ini adanya pemasukan dana dari operasional proyek.
Gambar I.2 Siklus Proyek Konstruksi
Hasil Posting Saya 
Dari siklus proyek konstruksi pada Gambar I.2 terlihat bahwa sejak awal proyek, yaitu tahapan detail desai, biaya yang dikeluarkan terus meningkat hingga ke proses implementasi dengan periode waktu yang relative singkat dan saling berkaitan. Pada akhir siklus, biaya operasi dan pengeluarannya lebih kecil dari biaya sebelumnya, namun periode waktunya panjang sampai dengan sisa umur proyek keseluruhan.
Biaya paling besar yang harus dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus di atas adalah pada tahapan implementasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup banyak dan memakan banyak pengeluaran. Biaya yang kecil terjadi pada akhir proyek, tetapi adanya pemasukan dana pada pada kegiatan operasional dan pemeliharaan dalam rentang waktu yang panjang, karena pada masa ini adalah masa pemanfaatan fungsi proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek sekaligus masa pemeliharaan sampai dengan akhir umur proyek. Kendala proyek konstruksi yang sering menjadi permasalahan adalah pada masa desain dan pelaksanaan yang terkait juga dengan pengendalian. Bila fase ini tidak terencana dengan baik, maka kemungkinan umur penggunaan fasilitas proyek yang dibangun tidak sesuai dengan harapan.  
Download file docs : 1.3.1 Siklus Proyek 
Siklus Proyek Manufaktur
1.      Tahap Perumusan Gagasan : tahap ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan, indikasi dimensi proyek dan biaya serta jadwal.
2.      Tahap Detail Desain : Tahap ini terdiri atas kegiatan analisis fungsi dan premiliminary design terhadapproduk yang akan dibuat, design engineering terinci serta pengmbangan produk dengan acuan spesifikasi, kriteria dan gambar desin yang telah dibuat sebelumnya.
3.      Tahap Pengembangan dan Integrasi Sistem : Tahap ini melakukan studi dan pengembangan fasilitas dan peralatan yang akan digunakan lalu melakukan proses integrasi terhadap sistem.
4.      Membuat Prototipe : Sebelum produk akhir dihasilkan, biasnya dibuat prototype yang kemudian langsung diuji coba untuk mendapatkan masukan bagi kegiatan berikutnya.
5.      Manufaktur : Kegiatan tahap ini adalah melakukan pembelian material dan peralatan serta fabrikasi komponen produk untuk mempersiakan produksi massal.
6.      Perakitan dan Instalasi : Kegiatan ini terdiri atas merakit komponen komponen produk menjadi produk akhir, mengadakan tes, inspeksi danuji coba sebelum sampai ke konsumen.
7.      Promosi dan Pemasaran : Dilakukan agar produk manufaktur dapat dikenal dan dijual kepada masyarakat luas.
Dari Gambar I.3 siklus proyek manufaktur dibawah ini, terlihat bahwa biaya pengeluaran terbesar adalah untuk pembuatan prototype dan produksi massal barang, dimana kebutuhan bahan baku membutuhkan biaya pengeluaran yang sangat besar, sedangkan untuk pemasaran dan promosi dengan biaya maksimal relative rendah membutuhkan waktu panjang yang berkesinambungan sampai proyek selesai.
Gambar I.3 Siklus Proyek Manufaktur
Privatisasi proyek insfrastruktur dengan skema pembiayaan BOT, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah untukmenjawab tantangan terhadap terbatasnya anggaran biaya dari pemerintah, peningkatan efektivitas dan efisiensi proyek, serta peningkatan akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan proyek kepada masyarakat luas. Pada mulanya pemerintah berperan penuh terhadap proses awal hingga akhir proyek. Namun karena banyak kelemahan, peran tersebut secara perlahan mulai dikurangi dan digantikan oleh swasta. 
Gambar I.4 Siklus Proyek Insfrastruktur
Peran pemerintah selanjutnya adalah memperketat pengawasan proyek serta mengeluarkan regulasi – regulasi yang sifatnya menjunjung tinggi penegakan hukum. Tujuannya agar iklim investasi dalam proyek  insfrastruktur lebih kondusif dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh sektor menjadi lebih baik.
Proyek insfrastruktur biasanya digunakan untuk kepentingan yang lebih luas sebagai bagian dari pemenuhan pelayanan kepada publik. Karena itulah pihak swasta yang diberi kosesi untuk mengelolanya harus bertanggung jawab, pun dengan etika bisnis yang sehat dan akuntabilitas public yang bertanggung jawab. Gambar I.4 adalah salah satu contoh proyek insfrastruktur, yaitu proyek jalan tol yang menunjukan proses dan langkah – langkah awal hingga akhir, seperti dijelaskan di bawah ini.
SiklusProyek Insfrastruktur
1.      Tahap Konseptual Proyek : Tahapan ini biasanya pemerintah membuat rancangan konseptual untuk proyek jalan tol dengan mengacu kepada kebutuhan yang mendesak serta mempunyai cukup akses dengan jaringan jalan yang sudah ada. Pihak swasta dapat juga mengajukan proposal kepada pemetintah dengan pertimbangan teknis serta finasial yang cukup memadai.
2.      Tahap Promosi : Tahap promosi terdiri atas desain pendahuluan, evaluasi studi kelayakan dan penyerahan konsesi oleh pemerintah kepada pihak swasta yang diberi wewenang menyelenggarakan proyek dengan pertimbangan kesepakatan kedua belah pihak yang sudah memenuhi ketentuan yang berlaku.
3.      Tahap Detail dan Pengadaan :  Tahap ini adalah desain terperinci, terdiri atas kegiatan pendalaman berbagai aspek persoalan seperti : design engineering, pembuatan jadwal induk dan anggaran penyiapan perangkat dan peserta proyek untuk program lelang pelaksana konstruksi.  
4.      Tahap Konstruksi : Pelaksanaan konstruksi membutuhkan biaya sangat besar, pembiayaannya dapat diperoleh dari pasar modal atau pinjaman sindikasi bank atau dapat juga dengan penyertaan modal oleh Stake-holder lainnya.
Tahapan ini terdiri atas kegiatan pelaksanaan, aplikasi spesifikasi dan kriteria, pembuatan jadwal konstruksi yang sesuai dengan jadwal induk proyek, melakukan mobilisasi, inspeksi, uji coba, start-up dan demobilisasi. Sub – kontraktor dapat juga dipilihdengan ketentuanbagian dari konsorium yang dibentuk oleh pihak swasta.
5.      Tahap Operasi dan Pemeliharaan: Tahap ini pihak  swasta dapat bekerja sama dengan operator yang telah berpengalaman dalam hal pengoperasian jalan tol sebagai bagian dari konsorium proyek. Pihak operator melakukan kegiatan pemungutan biaya kepada masyarakat, pemeliharaan terhadap fasilitas proyek yang semuanya diawasi secara penuh oleh pihak konsorium dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran proyek dengan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja yang paling maksimal.
Download file docs : 1.3.1 Siklus Proyek 

Gambar I.4 menunjukkan tahap – tahap kegiatan yang masing – masing dimulai dengan bobot pengeluaran kecil pada awal proyek, lalu periode bagian tengah pengeluaran makin meningkat hingga mencapai puncaknya. Kemudian pada akhir kegiatan cenderung menurun landai. Pada akhir siklus, biaya operasi dan pemeliharaan lebih kecil dari biaya sebelumnya, namun periode waktunya sangat panjang sampai dengan lama waktu konsesi. Pada periode ini biasanya perusahaan yang bertindak sebagai pengelola proyek diberi otoritas untuk memungut dana masyarakat yang besarnya proporsional dengan pelayanan yang diberikan. Biaya paling besar yang dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus di atas adalah pada tahap konstruksi.

Melihat kecenderungan kurva parabola pada masing – masing kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kurva tersebut, bila bobot biaya dibuat kumulatif, akan membentuk seperti kurva S dari HannumCurve. Dari seluruh tahap siklusproyek, terlihat sejakawal bahwa biaya yang dikeluarkan terus meningkat hingga ke proses konstruksi dalam waktu relative singkat. Pihak swasta memetik keuntungan pada periode operasional.    
Download file docs : 1.3.1 Siklus Proyek 

Tuesday 4 October 2016

BUKU UNTUK JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI

 BUKU UNTUK JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI


Buku yang saya miliki, yang digunakan untuk jurusan teknik dan manajemen industri yang referensi bukunya ada pada saya :) 

Adapun referensi buku yang saya miliki adalah :
  1. Teknik Tata Cara Kerja, Disusun Oleh : Iftikar Sutalaksana 
  2. Psikologi Industri, Disusun Oleh : Drs. Moh. As'ad 
  3. Manajemen Perusahaan Industri 
  4. Menggambar Mesin, Disusun Oleh : G. Takeshi Sato 
  5. Statistika, Disusun Oleh: Sudjana 
  6. Statistika, Disusun Oleh: Walpole 
  7. Ekonomi Teknik, Disusun Oleh : Eugene L. Grant 
jika ada yang ingin berdiskusi tentang buku tersebut diatas maka silahkan hubungi : 
WA : 089691625452
BBM : 51e10225

Buku referensi tersebut diatas adalah buku yang saya (khususnya) gunakan pada saat perkuliahan dilakukan, dengan adanya buku referensi maka, saya bersama dengan teman - teman dapat lebih memahami terhadap materi yang diajarkan oleh dosen yang sedang mengajar :)

sebenarnya masih banyak judul buku beserta penyusunnya yang belum saya cantumkan, akan tetapi menurut saya pribadi lebih baik judul yang saya cantumkan adalah judul ini saja terlebih dahulu :)

pembaca semuanya ayo kita bersemangat untuk belajar, mari kita berlomba - lomba dalam kebaikan :) :) :)

bagi para pembaca silahkan kunjungi Hasil Posting Saya untuk mengetahui beberapa informasi ( materi) Kuliah Teknik Industri  

Sunday 2 October 2016

ALAT BANTU DAN ALAT UKUR

 Fakultas Teknik dan Manajemen Industri - ALATBANTU DAN ALAT UKUR

ALAT BANTU DAN ALAT UKUR

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.
Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :
1.      Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
       2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.
Besaran terdiri dari dua jenis:
·         Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan dapat dijadikan acuan.
·         Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah:
·         Dapat didefinisikan secara fisik.
·         Dapat digunakan dimana saja.
·         Tidak berubah terhadap waktu.
Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:
·           Dimensi
·           Posisi
·           Bentuk
·           Kualitas permukaan
Sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu: Sensor, Pengubah, Penunjuk
1.      Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari
·      Sensor mekanik
·      Sensor optic
·      Sensor pneumatik
2.      Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi besaran ynag terukur.
Terdiri dari:
·      Pengubah mekanik
·      Pengubah optomekanik
·      Pengubah elektrik
·      Pengubah opto elektrik
·      Pengubah pneumatic
·      Pengubah optik
3.      Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.
Terdiri dari:

·      Penunjuk berskala
·      Skala linear
·      Skala melingkar
·      Penunjuk digital
·      Digital mekanik
·      Digital elektrik (LED)
Jenis-jenis alat ukur:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1.      Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.
2.      Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator
3.      Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4.      AlatUkur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5.      Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas :
1.      Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2.      Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
·         Alatukur mekanik
·         Alat ukur elektrik
·         Alat ukur optik
·         Alat ukur pneumatik
·         Alat ukur hidrolik dan aerodinamik

Adapun  sifat dari alat ukur adalah: 
1.  Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah
·                Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
·                Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.
·                Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.
·                Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.
2.    Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga pengukuran.
3.  Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang jelas dan berarti.
4.  Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinu dari dua arah yang berlawanan.
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6.  Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan  perubahan pada harga ukur.
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
 8.  Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.
Klasifikasi Alat Ukur
Menurut cara kerja, alat ukur diklasifikasikan menjadi : 
·           alat ukur mekanis
·           alat ukur elektris 
·           alat ukur optis 
·           alat ukur mekanis optis dan 
·           alat ukur pneumatis
Menurut sifat dari alat ukur :
a)      Alat ukur langsung : hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurannya. Contoh jangka sorong, mikrometer, mistar baja, height gauge.
b)      Alat ukur pembanding : alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Misal jam ukur ( dial indicator ), pembanding ( comparator )
c)      Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukur tertentu. Misal blok ukur ( block gauge ),batang ukur ( length bar ), dan master ketinggian ( height master).
d)     Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu dimensi obyek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran. Misal kaliber batas Go dan No Go
e)      Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses pengukuran. Misal dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam ukur.
Menurut jenis dari benda yang akan diukur :
1.      Alat ukur linier : alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak langsung.
2.      Alat ukur sudut atau kemiringan : ada alat ukur sudut yang langsung bisa dibaca hasil ukurannya ada juga yang membutuhkan perhitungan matematis.
3.      Alat ukur kedataran.
4.      Alat ukur untukmengukur profil atau bentuk.
5.      Alat ukur ulir.
6.      Alat ukur roda gigi
7.      Alat ukur mengecek kekasaran.
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri: 
1.        Pengukuran Linear
2.        Pengukuran Sudut
3.        Pengukuran Kerataan dan Kedataran
4.        Pengukuran Profil
5.        Pengukuran Ulir
6.        Pengukuran Roda Gigi
7.        Pengukuran Posisi
8.        Pengukuran Kekasaran Permukaan
Karakteristik pengukuran:
Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang mendekati harga yang sebenarnya.
Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang sama dari beberapa pengukuran yang dilakukan
Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.
Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri
1.    Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2.    Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.
3.    Pengukuran dengan Kaliber Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.
4.    Membandingkan dengan Bentuk Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan bentuk standar dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.

Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak permukaan batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua komponen yang akan dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen geometrik saat mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih tinggi tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).
Hampir semua alat ukur mempunyai bagian yang disebut dengan penunjuk atau pencatat kecuali beberapa alat ukur batas atau standar.
Dari bagian penunjuk inilah dapat dibaca atau diketahui besarnya harga hasil pengukuran. Secara umum, penunjuk/pencatat ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Penunjuk yang mempunyai skala,
2. Penunjuk berangka (sistem digital).
Jenis-jenis Pengukuran
1.    Pengukuran Langsung
Pengukuran Langsung adalah proses pengukuran dengan menggunakan alat ukur langsung dan hasil pengukurannya dapat langsungterbaca.
Contoh :Mistar Ukur, Mistar Ingsut (Caliper),Mikrometer, Height Gauge
2.    Pengukuran Tak Langsung
Pengukuran Tak Langsung adalah proses pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis alat ukur pembanding, standar, dan alat ukur bantu.
3.    Pengukuran dengan Kaliber Batas
Pengukuran dengan Kaliber Batas adalah proses pemeriksaan untuk memastikan apakah obyek ukur memiliki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk, dan/atau posisi.

Saturday 1 October 2016

ELEMEN MESIN

FAKULTAS TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI - ELEMEN MESIN

Sambungan solder merupakan penyambungan dari logam ( besi, baja, tembaga, kuningan, seng dan baja paduan) dengan pewngkatan oleh bahan tambah yang dicairkan, dimana titik cair bahan tambah lebih rendah dari titik cair logam yang disambungkan.
Untuk sambungan yang membutuhkan kekuatan, kerapatan dan ketahanan terhadap korosi maka permukaan logam yang akan disolder harus benar-benar dibersihkan. Pada permukaan logam juga ditambahkan bahan pengalir untuk membantu pengaliran bahan tambah ke seluruh permukaan bidang yang dlsolder.

3.2 Jenis-jenis Solder

Berdasarkan cara penyambungan, penyolderan dikelompokkan menjadi dua jenis:
1. Penyolderan lunak : titik lebur bahan tambah 300 C
2. Penyolderan keras: titik lebur bahan tambah 720 C

3.2.1 Penyolderan Lunak (Patri)

Penyolderan lunak digunakan pada semua logam terutama untuk logam-logam tipis dengan beban ringan serta kedap udara dan air.
Contoh pemakaian:
- Pelat-pelat pendingin pada kendaraan
- Tangki air/minyak
- Wadah/kotak peralatan
- Instalasi pipa tekanan rendah
- Sambungan kabel
- Talang air dan tutup atap
- Penyambungan logam yang dilapisi seng

TABEL BAHAN TAMBAH PENYOLDERAN LUNAK

Jenis Bahan Tambah Penulisan Kandungan Pemakaian
Paduan Sn-Pb Sn50Pb(Sb) 60% Sn, 0,3% Antimon,sisanya Pb Penyolderan pada:
- Logam yang dilapisi seng
- Pelat-pelat tipis
- Peralatan elektronik
Paduan Pb-Sn PbSn35Sb 40% Sn, 0,2%Antimon, sisanya Pb Penyolderan pada:
- Pelat-pelat tipis
- Pendingin kendaraan
- industri perkakas
Paduan Sn-Zn dan
Cd-Zn SnZn10 85-92 % Sn dan
8-18 % Zn
Penyolderan pada aluminium dan paduannya
CdZn20 75-83 % Cd dan
17-25 % Zn

3.2.2 Penyolderan Keras

Penyolderan keras lebih sering digunakan untuk penyambungan pelat-pelat dari logam berat dan menerima beban yang besar.
Contoh pemakaian:
- Flens pada pipa
- Instalasi pipa tekanan besar
- Penyangga dan rangka kendaraan
- Tangki uap
- Peralatan dari logam keras
- Konstruksi dari alat-alat ringan

TABEL BAHAN TAMBAH PENYOLDERAN KERAS

Jenis Bahan Tambah Kandungan Pemakaian

CuZn46
53-55 % Cu, sisanya Zn Penyolderan pada:
- Instalasi pipa-pipa
- Konstruksi kendaraan

Ag15P 15 % Ag, 5 % P, sisanya Cu Penyolderan pada:
- Pelat-pelat,perpipaan,kawat
- Industri optic
- Peralatan mekanik yang kecil

Ag45Cd 45 % Ag, 20 % Cd, 18 % Cu, sisanya Sn Peyolderan pada:Logam-logam mulia dengan bahan seperti :
- perak (Ag)
- emas (Au)
- platina (Pt)

AlSiSn Minimal 72 % Al, 10-12 % Si, 8-12 % Sn, dan Cd, sisanya Cu dan Ni Penyolderan pada :
-Benda tuangan
- pelat, kawat
- profil aluminium dan paduannya

AlSi13
Minimal 72 % Al, 13 % Si, sisanya Cu,dan Ni Penyolderan pada konstruksi logam-logam ringan
Penyolderan pada konstruksi yang menggunakan baja,tuangan, juga baja temper

3.3 Bahan Pengalir ( Fluks).

Untuk memperoleh hasil penyambungan yang sempurnah maka permukaan logam yang akan disambung harus benar-benar bersih. Karat atau debu-debu pada permukaan logam akan menghambat aliran bahan tambah. Untuk memudahkan pengaliran bahan keseluruh permukaan penyambungan, digunakan bahan pengalir yang berfungsi menghilangkan karat dan memudahkan pengaliran bahan tambah. Bahan ini diberikan pada seluruh permukaan yang akan disolder.

TABEL BAHAN PENGALIR

Nama Pemakaian
Seng khlorida (air solder, pasta solder), asam garam,Resin Umum
Khusus untuk seng pada kelistrikan dan tangki
Penyolderan lunak
Suhu kerja sampai 1000 C, ditambah unsure P dan Si Penyolderan keras
Khlorida, bromide, Fluorida Khusus untuk aluminium dan paduannya


2.4 Teknik Penyolderan

Dalam dunia industri dikenal berbagai teknik penyolderan. Untuk menentukan teknik penyolderan yang dipakai, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- fungsi benda kerja
- bahan dari benda kerja
- jumlah.
Tetapi pada prinsipnya semua teknik dapat digunakan untuk penyolderan lunak dan penyolderan keras.
Macam Teknik Penyolderan
1. Penyolderan batang
2. Penyolderan busur api
3. Penyolderan celup
4. Penyolderan dalam oven
5. Penyolderan tahanan dan induksi
6. Penyolderan sinar.

1. Penyolderan Batang /Kawat
Penyolderan menggunakan bahan tambah (biasanya tembaga)berupa batang yang dipanaskan. Lebih sesuai untuk penyolderan lunak. Membutuhkan bahan pengalir, serta lebih sering untuk pekerjaan tunggal dengan bagian-bagian yang kecil.

2. Penyolderan Busur Api
Bahan tambah dicairkan dengan busur api dari peralatan solder atau gas asetilen. Membutuhkan bahan pengalir. Pemakaian pada penyolderan lunak dank eras, serta sesuai untuk pekerjaan tunggal.
3.Penyolderan Celup
Untuk penyolderan lunak atau keras. Bahan tambah dalam bentuk cair ditempatkan pada sebuah bak. Bisa juga bahan tambahnya berupa larutan garam yang dipanaskan. Logam yang akan disolder dicelupkan kedalam bak.
4. Penyolderan dalam Oven
Bagian logam yang akan disolder dipersiapkan, demikian pula bak garamnya. Kemudian dilewatkan kedalam oven yang memberi panas terus-menerus dengan pengurangan gas disekelilingnya, tanpa penambahan bahan pengalir.
5. Penyolderan Tahanan dan Induksi
Bagian bahan yang akan disolder bersama bahan tambah dan bahan pengalir dipanaskan dengan gulungan induksi listrik. Sangat sesuai dan menghemat waktu untuk pengerjaan masal dengan ban berjalan.
6. Penyolderan Sinar
Panas dipanaskan dari sinar lampu Halogen ( Daya sekitar 150-4000W) yang difokuskan lensa cekung. Daerah panas yang dihasilkan mencapai diameter 15 mm. Metode ini sangat cocok untuk penyolderan benda-benda teknik yang presisi dan peralatan listrik.

3.5 Keuntungan dan Kerugian sambungan solder

3.5.1 Keuntungan

1. Dapat menyambung dua buah logam yang berbeda.
2. Pada penyolderan lunak tidak merusak permukaan.
3. Tidak menghambat aliran listrik
4. Dibandingkan pengelingan, tidak ada pelubangan yang melemahkan konstruksi.
5. Umumnya kedap fluida
6. Pada pengerjaan masal, dapat dilakukan secara bersamaa.
7. Mampu menyambung pelat-pelat tipis.

3.5.2 Kerugian

1. Untuk penyolderan masal biaya lebih besar.(karena bahan tambah harus dicampur timah putih atau tembaga).
2. Bahan pengalir yang tersisa dapat menimbulkan korosi listri
3.6 Perhitungan Sambungan Solder

( 3 – 1 )
( 3 – 2 )
dengan F = gaya geser pada sambungan solder ( N ); b = lebar penyolderan ( mm ); l = panjang penyolderan ( mm ).

4.1 Defenisi

Pengelasan adalah proses penyambungan dua buah logam sejenis dengan cara memanaskan sampai suhu lebur tanpa atau dengan menggunakan bahan tambah.
4.2 Sumber panas pengelasan
1. Secara mekanik, misalnya dengan gesekan, pukulan, dan tekanan dari material yang akan disambung.
2. Dengan energi listrik, misalnya melalui busur listrik, tahanan listrik, dan pancaran electron.
3. Dengan gas, misalnya udara panas, argon, helium, dan hydrogen.

4.3 Proses-proses Pengelasan

Pemilihan jenis proses pengelasan tergantung pada konstruksi yang akan dilas, mutu yang ingin dicapai, bahan yang akan dilas, dan biaya. Umumnya proses pengelasan adalah fusi dan tekan. Proses fusi adalah dengan mencairkan setempat secara bersama antara material yang akan dilas dan bahan pengisi. Sedangkan proses tekan tidak memerlukan bahan pengisi.

4.3.1 Jenis-jenis Proses Pengelasan

1. Pengelasan Tempa
Benda kerja yang akan disambung dipanaskan sampai temperature dibawah temperature cairnya dan kemudian dilakukan penyambungan dengan tekanan/pukulan.
Contoh penerapan: penyambungan rantai, pipa, konstruksi mesin ringan,dan sebagainya.

2. Pengelasan Gas.
Benda kerja dipanaskan dengan menggunakan busur api yang dihasilkan oleh kombinasi gas-gas (gas alam, asetilen, oksigen-hidrogen, helium dan sebagainya). Contoh penerapan: tabung, pipa, konstruksi mesin.

3. Pengelasan Busur Listrik
Panas diperoleh dari loncatan bunga api listrik antara elektroda las (sekaligus berfungsi sebagai bahan pengisi) dan benda kerja. Transformator las diperlukan untuk menghasilkanarus kuat hingga 200 amper pada tegangan yang cukup rendah. Pada table berikut diberikan daftar kuat arus yang diperlukan.
TABEL 4.1 KUAT ARUS LISTRIK

Jenis Elektroda Diametr Elektroda
Ф 4 mm Ф 5 mm Ф 6 mm
Elektroda terbungkus tipis
Elektroda terbungkus tebal 125 A
170 A 150A
230 A 190 A
290 A

4. Las Tahanan Listrik
Pada prinsipnya panas ditimbulkan karena adanya tahanan listrik pada benda kerja. Kemudian setelah bagian dari benda kerja yang akan disambung pijar, dilakukan penyambungan dengan ditekan. Penerapan pengelasan ini hanya pada benda kerja yang dapat mengalirkan arus listrik dengan baik.

Jenis pengelasan yang termasuk las tahanan listrik sangat banyak diantaranya:
a. Las Titik ( spot welding)
Elektroda pengalir arus listrik terbuat dari tembaga atau paduan Cu+Mo yang dibagian dalamnya berongga untuk mengalirkan cairan pendingin. Las ini biasa digunakan untuk menyambung pelat-pelat yang tipis.

b. Las Tumpul
Pengelasan ini dilakukan dengan cara menyambungkan benda kerja kemudian dialiri arus listrik. Jenis material benda kerja harus sama, serta arus listrik yang dialirkan harus merata pada permukaan yang akan disambung.


4.4 Jenis-jenis Sambungan Las

1. Sambungan Temu (butt joint)
Butt joint digunakan untuk plat-palt rata dan tiang-tiang. Kemampuan butt joint untuk bebab statis maupun dinamis , lebih tinggi kekuatannya dari pad alas fillet, tetapi las butt biayanya lebih tinggi. Kapasitas beban dinamis dapat diperhitungkan dari kerapatan pengelasan dan pengerjaan finishing. Diagonal atau kemiringan pengelasan juga dapat menambah kapsitas beban statis. Untuk tebal plat sampai 4 mm, tanpa dibuat miring ujung-ujungnya, untuk tebal plat 5 mm s.d. 15 mm perlu dibuat kampuh V ( bersudut V, 60 ) dan untuk tebal plat 10 mm s.d. 30 mm perlu dibuat kampuh X, untuk tebal plat lebih besar lagi ujung-ujung plat dibuat kampuh U dobel U.


2. Sambungan Tee (T joint)

Tee joint biasanya berbentuk kampuh datar. Kekuatannya lebih kecil disbanding dengan butt joint untuk beban dinamis, yang terkuat adalah dengan menggunakan kampuh rongga, kemudian kampuh datar, dan yang terlemah adalah dengan menggunakan kampuh lengkung. Tebal kampuh ( a ) untuk jenis sambungan ini adalah tinggi dari penampang segi tiga dari kampuh.

3.Sambungan Sudut (corner joint)

Kekuatan dari sambungan ini lebih kecil dibanding dengan Tee joint.

4.Sambungan Tumpang (Lap joint)

Sambungan ini merupakan jenis sambungan yang paling lemah.

4.5 Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las

4.5.1 Keuntungan

1. Konstruksi lebih ringan
2. Untuk komponen yang kecil dan jumlah produksi sedikit, waktu produksi akan lebih singkat dan biaya lebih murah.
3. Dapat menahan kebocoran
4. Proses cepat untuk produksi masal.

4.5.2 Kerugian

1. Untuk produksi masal biaya lebih tinggi
2. Kesulitan untuk mengetahui mutu las
3. Pengerjaannya memerlukan pengalaman khusus.
4. Memerlukan pengetahuan tentang bahan yang akan dilas.

4.6 Perhitungan Krekuatan Sambungan Las

1. Akibat Gaya Tarik/Tekan

Sambungan temu (butt joint) dengan kampuh V direncanakan untuk menahan tegangan tarik atau tekan yang terjadi karena gaya F.
Tegangan tarik atau tekan yang terjadi ( ):
……………………………..( 4-1)
dengan F = gaya tarik/tekan ( N ); A= luas penampang yang menahan beban ( mm )
…………………………..(4 – 2)
dengan a = tebal pengelasan ( mm )
l = panjang pengelasan ( mm

2. Akibat Gaya Geser

Sambungan las pada gambar diatas dimaksudkan untuk menahan tegangan geser akiabat dari gaya geser F. Bentuk pengelasannya las sudut dengan tebal las a adalah BD.
BC dengan BC= tebal plat

Teganga Geser yang terjadi ( ):
……………………………( 4 – 3 )